Saturday, August 2, 2014

Berkawan dengan Hewan

     Orang menyebut mereka kucing. Binatang berkaki empat yang biasa menjadi peliharaan. Beberapa orang membenci mereka karena alergi bulu. Ada juga yang antipati dengan sifat mereka yang manja dan bermalas-malasan. Ada juga yang memang tidak suka binatang berbulu. Ada juga yang menganggap mereka sumber penyakit. 
    Bagiku mereka adalah kawan. Mampu menghadirkan keceriaan, sekaligus kejengkelan dalam satu waktu.  Membelai bulunya menciptakan rasa senang dan bahagia. Cara mereka bermain mencairkan suasana. Rasa lelah dapat seketika sirna ketika menghabiskan waktu bersama kelucuan mereka. Matanya yang tajam menatap mengisyaratkan rasa. Tatapan tajam dapat berarti isyarat perut yang menuntut haknya.
        Rintihan suara mereka terdengar khas dan unik. Ketika masih kecil, mereka gemar bermain. Berkejar-kejaran dan berlatih menendang. Mereka rupa-rupa warnanya. ada yang coklat belang-belang, putih belang hitam, ada juga yang punya tiga warna. Dari mereka aku belajar tentang solidaritas. Ketika mereka harus berbagi makanan dalam satu tempat. Aku juga belajar tentang persaingan, ketika satu dan lainnya saling menunjukkan kejantanan. Tak jarang mereka bertengkar dan saling cakar seraya mengeluarkan suara garang. Itulah cara mereka menunjukkan kekuasaan sekaligus mencari perhatian.
      Dan yang menarik adalah cara hidup dari induk mereka, kucing betina. Dari induk kucing aku belajar tentang kasih sayang, Ketika induk kucing menyusui anak-anaknya sambil memberikan pelukan hangat aku bisa merasakan betapa beruntungnya anak-anak kucing itu. Tubuhnya yang kurus kering dan kadangkala terlihat tak berdaya tetap semangat memberikan perlindungan bagi anak-anaknya, baik dari serangan cuaca, manusia, maupun lawan jenisnya. Rasa sayangnya membuat kucing betina sering melakukan aksi arogan, dengan mencuri lauk di atas meja makan. Mereka bisa saja diam-diam masuk ke rumah siapapun, untuk mencari lauk yang bisa dimakan. dan tak jarang membuat si empunya rumah kebakaran jenggot. Tapi di balik itu semua, adalah seekor kucing betina yang sedang mengisi energi untuk dapat kembali menyusui anak-anaknya. anak-anak kucing yang masih berusia dalam hitungan hari, yang barangkali ia tinggalkan di atas atap rumah orang atau di sudut gudang gelap. Ancaman dapat datang begitu saja, mati terlindas saudaranya ataupun mati dimakan hewan yang lebih besar. Dan kalau bencana itu terjadi, si induk bisa jadi berjalan-jalan sambil mengeong terus menerus sebagai tanda kegelisahannya.
        Tingkah kucing mengajariku tentang empati dan berbagi. Sesederhana itu aku belajar dari seekor kucing. Hewan jinak yang ditakuti oleh sebagian orang dan disayangi sebagian lainnya. Barangkali tidak hanya kucing yang dapat mengajari kita tentang nilai-nilai kehidupan. Anjing, kelinci, ayam, burung, ikan, dan binatang peliharaan lainnya tentu juga memiliki cara hidup yang unik dan khas. Gaya hidup yang dapat kita ambil menjadi nilai-nilai positif bagi kehidupan. Untuk itu, barangkali perlu bagi Anda yang belum pernah memelihara binatang untuk mencobanya. Selamat berbagi dengan makhluk ciptaan lainnya.
       

No comments: