Friday, March 4, 2016

Memberi dari Kekurangan dan Menerima atas Kekurangan

Memberi adalah perbuatan terpuji. Demikian sejak kecil orangtua, guru, dan ajaran agama menanamkannya. Ajakan untuk saling memberi satu sama lain barangkali lekat dalam ingatan. Bahkan memberi dari kekurangan kita menjadi satu anjuran yang dianggap bernilai. Kita pun sebagai manusia sosial dan beriman sadar ataupun tak sadar berusaha menerapkan prinsip 'memberi dari kekurangan'. Memberi sebagian dari milik kita untuk sesama tidak akan mengurangi kepemilikan kita, bahkan akan ditambahkan pada kita. Begitu orang beriman memercayainya. Alih-alih kehabisan, memberi justru menuai banyak manfaat. Mulai dari manfaat psikis, sosial, sampai spiritual. Ada banyak macam memberi, seperti memberi ilmu, memberi sedekah, memberi nasihat, memberi kesempatan, memberi cinta dan kasih sayang. Sebagian kita berusaha untuk dapat memberi, bahkan dari kekurangan kita.
Memberi menjadi satu sikap yang perlu dimiliki oleh setiap insan. Namun, terkadang kita terlalu fokus pada perintah atau ajaran untuk saling memberi. Kita lupa ada ajaran lain yang seolah-olah bertentangan, yaitu kesediaan untuk menerima. Sejak kecil tertanam dalam pikiran kita untuk sedia memberi, tidak hanya menerima. Namun kadang kita lupa bahwa kemampuan menerima pun perlu diasah sebagaimana kita mengasah kemampuan untuk memberi. Apabila kita berusaha memberi bahkan dari kekurangan, pernahkah ada usaha untuk mampu menerima walaupun atas kekurangan diri kita maupun sesama?
Iya atau tidak? Pertanyaan yang tidak mudah untuk dijawab. Dengan mudah kita menguasahakan ajaran untuk memberi dari kekurangan, tetapi tidak mudah bersedia menerima atas kekurangan. Benarkah? Pernahkah kita mengeluh atas apa yang tidak kita miliki? Pernahkah kita malu atas kondisi diri kita? Pernahkah kita protes atas keadaan keluarga termasuk ayah, ibu, dan saudara? Pernahkah kita menjauhi teman karna satu hal; buruk rupakah, malaskah, miskinkah, pendiamkah? Pernahkah kita protes atas sifat pasangan kita? Kalo jawabannya adalah pernah, perlu kita kembali bertanya "masihkah?". Apabila iya, barangkali memang lebih mudah memberi dari kekurangan daripada menerima atas kekurangan.
Memberi memang terpuji, tetapi menerima juga seharusnya menjadi sikap yang perlu dimiliki. Alangkah indahnya apabila kita dapat memupuk kedua sikap itu, tidak hanya salah satunya.
Mari kawan kita buka pintu mata, pintu hati dan pintu pikiran. Walaupun ajaran untuk memberi lebih 'getol' ditanamkan, tetapi kita tidak boleh melupakan ajaran untuk menerima. Dengan demikian kita senantiasa memelihara sikap untuk memberi dari kekurangan dan menerima atas kekurangan.

No comments: