...dan lain lubuk lain ikannya.
Begitulah pepatah mengatakan. Artinya, setiap tempat memiliki karakternya masing-masing. Setiap tempat memiliki budaya yang berbeda satu dengan yang lain. Budaya yang tumbuh di keluarga kita tentu berbeda dengan keluarga teman, tetangga, bahkan kerabat. Begitu pula halnya yang terjadi di tempat kerja. Kebiasaan yang ada di tempat kerja saat ini tidak sama dengan tempat kerja yang lama, demikian juga akan berbeda apabila kita pindah tempat kerja nantinya. Perbedaan itu juga terasa dalam lingkup waktu dimana sikap kita waktu mengenyam bangku pendidikan (sekolah dan kuliah) tidak lagi sama dengan sikap kita saat sudah bekerja. Sedikit banyak tentu ada beda. Mulai dari perbedaan gaya bertutur kata, gaya berpenampilan, sampai pola pikir dalam menghadapi perkara. Semua tercipta bergantung pada kondisi kita berada. Dimana kapan bersama siapa tentu memengaruhi perbedaan itu.
Secara lebih dalam, pepatah tersebut mengajarkan kita tentang nilai kehidupan yang penting. Nilai itu adalah kemampuan untuk beradaptasi. Sadar ataupun tidak, bersedia atau pun keberatan, kita akan senantiasa menemukan kondisi seperti dikatakan oleh pepatah. Kondisi yang tak mampu disangkal dan dihindari. Oleh karena itu, kita perlu sikap untuk dapat menghadapi kondisi demikian, salah satunya dengan mengasah kemampuan untuk beradaptasi. Seseorang yang adaptif akan lebih mampu menghadapi situasi yang dinamis. Dimana pun ia berada senantiasa mampu menyesuaikan diri sesuai kondisi dan tempatnya. Manfaatnya pun dapat terasa, seperti mudah diterima oleh lingkungan, nyaman dalam beraktivitas, dan tentu terhindari dari kecemasan sosial. Orang-orang demikian cenderung mampu menghadapi situasi yang dinamis dan siap menghadapi perubahan sewaktu-waktu. Sayangnya tidak semua orang memiliki kemampuan adaptasi yang baik.
Bagi mereka yang kemampuan adaptasinya cenderung rendah, tentu kesulitan dalam menghadapi perubahan. Jangankan pindah tempat kerja, bahkan hanya pindah divisi saja sudah menjadi momok yang luar biasa. Kecenderungan mereka yang sulit beradaptasi terbelunggu oleh ketakutan-ketakutan dalam diri yang kadangkala tidak beralasan jelas.
Saat ini, dengan adanya globalisasi dan pesatnya perkembangan teknologi kita dituntut untuk semakin memiliki kemampuan untuk beradaptasi. Kemampuan untuk menerima hal baru, inovasi baru yang tentu bermanfaat untuk perkembangan diri maupun lingkungan. Rendahya kemampuan beradaptasi dapat mengakibatkan ketertinggalan. Pernah kita simak dalam media cetak, media elektronik, maupun situs-situs berita menyiarkan tentang industri, perusahan, institusi pendidikan, maupun industri rumah tangga yang mengalami penurunan kualitas bahkan sampai gulung tikar sebagai dampak terburuknya. Dari sekian banyak penyebab, berdasar pengamatan saya, kemampuan beradaptasi dan menciptakan inovasi menjadi salah satu faktor penentunya. Globalisasi seolah-olah menuntut setiap pihak memiliki kemampuan beradaptasi. Melihat fenomena-fenomena yang terjadi, penting kita memiķi sikap adaptif.
Namun, sikap adaptif seharusnya diimbangi dengan kepemilikam karakter dan prinsip yang kuat. Dalam konteks ini, karakter dan prinsip mengacu pada tujuan baik yang dipupuk dalam diri. Mengapa? Kecenderungan kemampuan adaptif yang tinggi diikuti dengan fleksibilitas tinggi pula sehingga berpotensi untuk mengikuti arus kebanyakan. Celakanya apabila arus kebanyakan justru bertentangan dengan nilai-nilai moral. Oleh karena itu perlu seseorang yang adaptif memiliki karakter yang kuat. Biar bagaimana pun juga adaptasi yang baik ketika menyesuaikan diri pada lingkungan yang baik, untuk tujuan baik, memperbaiki diri, dengan harapan beroleh hasil yang lebih baik.
Lain ladang lain belalang, lain lubuk lain ikannya. Pepatah sederhana yang telah diajarkan sejak bangku sekolah dasar. Pepatah singkat yang mengandung nilai kehidupan. Pepatah yang mengajarkan kita sebagai insan yang hidup dalam kedinamisan, perlu memiliki kemampuan untuk beradaptasi. Namun tak boleh diabaikan bahwa adaptif bukan berarti mengikuti apapun di tempat kita berada lantas mengikuti arus kemudian mengabaikan nilai dan tujuan hidup yang lebih baik. Adaptif sebaiknya menjadi sikap pendukung dalam mencapai tujuan hidup. Maka, mari kita sebagai insan muda harapan bangsa semakin mampu beradaptasi menghadapi situasi global saag ini. Tantangan besar bagi kita, termasuk saya, di usia krisis seperempat abad, dalam mengasah kemampuan beradaptasi. Kemampuan penting yang perlu dimiliki sebagai bekal menghadapi dinamisnya situasi global.
#opini seorang insan muda yang sedang belajar beradaptasi di tengah globalisasi#
No comments:
Post a Comment