Pernah mendengar kata prasangka? Atau mungkin pernah berprasangka? Atau bahkan mengalami prasangka orang lain?
Prasangka dekat pula dengan istilah dugaan. Satu kata yang tentu tidak asing di telinga. Beberapa istilah dan kalimat pun terangkai bersama kata prasangka. "Prasangka baik." "Jangan berprasangka buruk!" "Ah itu cuma prasangkamu saja." Dan masih ada yang dapat menyebutkan kalimat lain?
Namun bukan itu poin pokok yang menggelitik untuk diperbincangkan. Bukan kata, maupun pemakaiannya dalam kalimat. Melainkan aktivitas kita, sebagai bagian dari lingkungan dalam berprasangka tentang orang lain dalam lingkunan kita. Prasangka yang terucap tentu tak lepas dari efek. seringkali kita berprasangka tentang orang lain. Kita sangka pria yang berbrewok tebal itu ringan tangan. Kita sangka tingkah wanita manja itu tidak normal. Kita sangka rekan kerja yang banyak bicara itu licik. Kita sangka orangtua kita egois karna telah melarang perbuatan kita. Kita banyak berprasangka. Barangkali dalam satu hati saja brp kali kita berprasangka.
Celakanya prasangka bukanlah fakta. Celakanya prasangka tak dilanjutkan dengan verifikasi dan konfirmasi ke pihak yang bersangkutan. Celakanya prasangka memengaruhi perlakuan dan reaksi kita terhadap orang lain. Lebih celaka lagi kalo prasangka dianggap benar, kemudian dengan penuh percaya diri berusaha menyebarkan prasangka ke sekitar. Barangkali itu hanyalah bentuk permintan diri untuk mendapatkan penguatan atau pemantalan atas asumsi pribadi. Bangga rasanya ketika prasangka yang merupakan asumsi pribadi mendapat persetujuan dari banyak orang. Semakin yakin prasangka tak lain adalah fakta. opini publik pun terbentuk atas dasar prasangka. Keputusan diri pun terbentuk. Celakanya kalau prasangka itu tentang keburukan orang lain, kemudian menimbulkan reaksi yang tidak diinginkan. Reaksi menjauhi, membenci, menghujat, menghakimi, tidak percaya lagi, hingga reaksi untuk meniadakan. Luar biasa sekali potensi reaksi yang tercipta dari sebuah prasangka.
Bagaimana jika itu terjadi di lingkungan kerja? Akibat prasangka dari seseorang, karir orang lain dapat terancam. Prasangka dari seseorang dapat melemahkan bahkan mematikan karir yang bersangkutan. Berawal dari prasangka yang dikoar-koarkan kemudian membentuk opini publik atas diri seseorang, dapat berakibat fatal. Pernahkah mengalaminya?
Fenomena berprasangka sering ada di kehidupan kita. Dalam lingkungan kerja, lingkungan sekolah, bertetangga, bahkan keluarga. Menyadari fatal efek dari sebuah prasangka, bijak kiranya kita mengolah prasangka. Prasangka buruk atas diri orang lain dapat menjadi senjata tajam yang mematikan. Hati-hati dalam berpikir, bertutur, dan berperilaku. Barangkali apa yang kita pikirkan, tuturkan, dan lakukan hanyalah prasangka yang belum terbukti kebenarannya. Berprasangka itu berbahaya, jadi berhati-hatilah terhadapnya. :)
No comments:
Post a Comment