Barangkali masalah yang ada pada diri kita itu hanya sesederhana ketidaksetiaan kita pada perkara kecil.
Kekhawatiran sering kita anggap satu sikap manusiawi. Kekhawatiran masih sering mendapat toleransi. Padahal di balik kekhawatiran ada ketidakpercayaan pada Sang Empunya. Karna ketika kita percaya sepenuhnya, niscaya kekhawatiran kan sirna.
Seorang anak paruh baya mencoba untuk menelaah kalimat tersebut. Dia adalah anak yang tumbuh dalam rasa ketakutan dan rasa kekhawatiran akan segala sesuatu. Ketika balita dia mengalami ketakutan luar biasa setiap kali melakukan kesalahan. Sifat keras sang ayah menjadi satu sebab ketakutannya. Bagaimna tidak. Setiap kali dia melakukan kesalahan atau apapun yang tak berkenan, amarah terlontar dari mulut ayahnya. Kalimat-kalimat kasar dengan nada keras menjadi memori yang tak terlupakan olehnya. Dia tidak tahu apa itu belajar. Dia hanya tahu tentang berbuat benar dan salah. Ketakutan akan melakukan perbuatan salah terpelihara hingga paruh baya. Bahkan dalam kehidupan sosialnya di sekolah maupun teman sepermainan, si anak ini senantiasa memendam rasa takut setiap kali mau mencoba hal baru. Takut salah, demikian katanya. Tak hanya rasa ketakutan yang senantiasa menghantui, namun juga rasa khawatir. Khawatir akan masa depan, khawatir akan perubahan-perubahan yang akan terjadi. Dia tidak mampu merasakan dengan penuh arti kenikmatan hari ini. Dia tak mampu merasakan kepuasan mendalam atas setiap pencapaiannya. Selama bertumbuh menjadi usia dewasa, dia hidup dalam rasa takut dan khawatir. Walaupum doa senantiasa di panjatkan, tak membuatnya kehilangan rasa cemas dan khawatir akan sesuatu hal. Dari luar orang melihat hidupnya begitu mulus dengan pencapaian yang dia alami. Pencapaian atas prestasi akademik maupun tingkah laku baiknya dalam pergaulan. Namun dalam diri anak ini tak mampu merasakannya. Dia terus hidup dalam ketakutan dan kekhawatiran. Sampai sekarang dan masih berlanjut, entah sampai kapan.
Ilustrasi di atas barangkali terjadi dalam diri kita yang sedang membaca. Atau setidaknya barangkali masih banyak anak-anak di luar sana yang masih berkutat dalam perkara kecilnya, mengalahkan kekhawatiran berlebih. Kekhawatiran yang berlebihan menyebabkan terhambatnya kreativitas. Berkutat dengan kekhawatiran dan seringkali melewatkan kesempatan emas ubtuk lebih berkembang. Melawan kekhawatiran butuh belajar, terlebih bagi mereka yang pernah mengalami kepahitan dengan masa lalunya. Anak-anak yang terdidik untuk mengkhawatirkan kehidupannya memiliki tantangan lebih besar untuk menaklukan diri. Segala sesuatunya adalah tentang proses. Selama kita mencoba dan berusaha, niscaya semua kan indah pada waktuNya. Mari kita lawan kekhawatiran. Percaya padaNya bahwa Dia memeluk kekhawatiran kita dan memberikan janji setiaNya.